Sunday, February 14, 2010

Cewek Ideal


Ada nggak sih yang namanya cewek ideal?

Bisa nggak kita menganalogikan cewek ideal sebagai cewek sempurna? Tentunya dengan standar yang tidak sama untuk tiap orang. Ada yang menganggap ideal atau sempurna itu sudah cukup dengan pintar dan setia, ada juga yang harus ditambah dengan kriteria cantik, baik, solehah, bisa masak, nggak suka main, bisa ngurus anak, orang tuanya nggak rese, patuh pada suami... ideal lah pokoknya.

Kalau kita ingat-ingat lagi dalam cerita Catatan Si Boy, siapa cewek yang paling ideal menurut Boy? Mungkin dari semua yang pernah singgah di hati dan di bibirnya Boy, hanya Nuke yang menurut Boy paling ideal. Cantik, pinter, baik, pengertian, nggak matre, kriterianya nggak banyak-banyak, tapi segala perbuatannya selama mereka berpacaran sudah cukup membuat hati Boy tertambat pada Nuke untuk waktu yang lama. Kekurangan Nuke memang tidak banyak diceritakan dalam buku Catatan Si Boy, tetapi kesempurnaannya justru membuat cewek “baik-baik” ini terlalu dijaga oleh orang tuanya. Campur tangan mereka membuat Boy dan Nuke tak bisa bersama.

Kemudian hadirlah Vera, cewek super cantik, kaya, easy going, modern, dan tentunya sexy abiiss!! Secara fisik Vera sempurna banget, nggak ada laki-laki “lurus” yang nggak mau sama dia. Tapi Vera juga manja, ke-bule-bule-an, dan bikin capek, karena ternyata nggak cuma Boy yang ngejar-ngejar doi.

Seorang lagi cewek yang buat Boy sempurna banget adalah Sadya. Saat Boy bertemu Sadya di Bordeux, Perancis, Boy merasa semua kualitas-kualitas terbaik yang Boy harapin dari cewek ada di dirinya. Pinter, cantik, tawakal (kelihatannya), sopan, semua deh pokoknya. Tapi konsep jatuh cinta pada pandangan pertama yang selalu diimani oleh Boy selama ini, ternyata ditolak mentah-mentah oleh Sadya. Alasannya masuk akal;

“Kalau kamu mendasari cinta kamu dengan perasaan jatuh cinta yang seperti itu, you will never stop looking! Hari kemarin kamu jatuh cinta sama mantan-mantan kamu, hari ini sama saya, dan besok atau tahun depan kamu jatuh cinta sama yang lain. It will never end! Pada akhirnya perempuan yang akan menjadi pihak yang diugikan.”
Sebuah penjelasan yang sontak membuat Boy berpikir, sekaligus mokal, karena ini adalah kali pertamanya Boy ditolak cewek.

Pencarian sosok ideal atau sempurna memang gampang-gampang susah. Ada yang sangat dimudahkan dipertemukan dengan jodoh sempurnanya, ada yang harus melalui puluhan momen sakit hati, ada pula yang nggak pernah puas, selalu merasa ada yang kurang sempurna dari pasangannya.

Tapi untuk apa sih kita mencari pasangan yang sempurna? Sempurna itu tidak membuat kita dewasa, sempurna itu tidak membuat kita berpikir...

Seharusnya kita sudah bisa bersyukur mendapatkan pasangan yang membuat kita berpikir, sehingga kita bisa cukup dewasa menemukan solusi dari tiap masalah percintaan yang mungkin terjadi.

1 comment:

  1. Menjadi sempurna dalam arti flawless, parfait, perfecto, surga dunia akhirat, ngga ada cacat cela dari segala aspek kehidupan kayanya agak mustahal.Kalopun bisa Tuhan kasih...apakah kita mampu "mengembannya?". Kita dikasih jauh dari sempurna aja bisanya cuma jadi pasangan yg sombong dan merasa paling kece sejagat raya..apalagi udah nyaris sempurna? yang ada semua kesempurnaan itu, jangan-jangan malah bikin kita sengsara dan disumpahin masuk...neraka? hahaha..serem ah.

    Eniwei...yg paling pas sih kayanya, enaknya.. belajar dari ketidaksempurnaan, salah, keliru untuk jadi bener dan menjadi teman, kekasih, soulmate buat pasangan. Kalo ngga cocok2 juga yaa..ngga jodoh kali? haha

    Ngga ada saat terlambat untuk mulai, dan ngga ada level mentok untuk merasa jadi paling bener :)

    Btw.. hehe ini sih kayanya ngga cuma aplikatif di zona percintaan aja ya...

    Have a good day everyone :)!

    ReplyDelete