Wednesday, February 10, 2010

Keluarga Boy


Sebagai idola remaja pada masanya, godaan untuk jadi remaja begajulan tentunya nggak pernah lepas dari Boy. Kalau nggak di rem, bukan nggak mungkin Boy bisa jadi pemuda yang doyan narkoba, menghamili cewek, dan nggak punya masa depan. Tapi syukurnya Boy selalu punya rem itu, rem yang membuatnya menjadi seorang yang soleh, bertanggung jawab, penyayang, dan cukup tekun belajar.

Dalam catatannya, rem-nya ini adalah keluarga. Mereka yang menjadi alasan kenapa Boy selalu bertindak hati-hati dalam setiap keputusan yang akan dibuatnya. Rasa sayangnya Boy terhadap keluarga membuatnya tidak pernah terlalu ‘bandel’ terjerumus dalam pergaulan bebas.

Selain Mr. Bo alias Bokap dan Mrs Nyo, atau Nyokap, satu orang lagi yang menjadi keluarga inti Boy adalah seorang perempuan cantik bernama Raden Rono Putri Inaya Djojodiningrat, panggilannya Ina. Tapi karena pinggulnya Ina ini nonggeng banget terutama pas lagi jalan, makanya dia dipanggil Si Nonggeng.

Boy selalu percaya suatu pepatah yang bilang, “teman adalah keluarga yang engkau pilih, namun keluarga adalah nasib yang harus engkau terima.” Hanya ada dua orang teman yang Boy pilih menjadi keluarganya. Andi, atau yang sering dipanggil Kendi karena waktu kecil badannya mirip gentong, dan Emon.

Andi adalah teman Boy dari TK sampai SMU, nggak tau kenapa mereka selalu satu kelas. Satu kejadian yang membuat Boy nggak bisa lupa adalah saat ulang tahunnya yang ke-11. Saat itu Kendi beliin Boy buah semangka yang dibolongin kulitnya, kemudian ditancepin lilin di atasnya. Terus dia nyanyi selamat ulang tahun sendirian.

Soo sweet..., tampang kayak Kendi ternyata bisa juga jadi melankolis begitu. Kendi memang tampangnya doang yang Rambo, ternyata hatinya Rinto. Selidik punya selidik, ternyata itu semangka didapat dari kulkas neneknya, karena saat itu kiriman doku dari Mr. Bo belum nyampe.

Setiap orang pasti punya satu kenangan kejadian yang pernah dilakukan seseorang yang sangat membekas, sehingga mereka bisa memilih orang itu sebagai bagian dari keluarganya.

Ada yang menganggap temannya adalah keluarga, semata-mata karena alasan senasib sepenanggungan. Sama-sama broken home, sama-sama doyan mabok di disko, sama-sama begajulan.
Ada pula yang menganggap temannya keluarga karena bisa bersimbiosis parasitisme. Alias dia bisa mendapat keuntungan besar berkat mendompleng temannya yang kaya raya ini.
Ada lagi seorang artis terkenal yang begitu naifnya menganggap seseorang itu keluarga, cuma karena orang ini satu-satunya yang mau mendengar curhatannya. Padahal sih hari berikutnya curhatan tadi tanpa dia sadari sudah menjadi konsumsi publik dengan tambahan bumbu-bumbu.

Ada pepatah yang bilang,
“Only your real friends will tell you when your face is dirty...”

Itu pula yang dilakukan Kendi dan Emon, mereka nggak pernah segan mengingatkan Boy, bilang saat Boy salah pilih, siap membela saat Boy tertimpa musibah.

Menyimak kisah persahabatan Boy, Kendi, Emon, dan Ina dalam Catatan Si Boy seharusnya membuat kita berkaca dan bertanya, “Do we know who’s our real family is?”

No comments:

Post a Comment